Deteksi dini itu memang penting, tapi tidak dengan self diagnose!
"Rasanya dari kemarin kok aku sedih terus sih?"
"Rasanya moodku sering naik turun deh, jangan-jangan aku kena bipolar?"
"Kok aku nggak pernah bahagia ya? Kapan bahagianya sih gue akhhh"
"Aduh, stress nih lama-lama kalo aku gini terus. Jangan-jangan aku depresi nih"
Pernah nggak sih kalian mendengar kalimat judgmental seperti diaats? Atau mungkin tanpa disadari kalian pernah mengucapkan kata-kata tesebut pada diri kalian sendiri? Kalo aku sih pernah, bahkan sering hehe. Menyadari adanya perubahan dalam diri kita memanglah suatu langkah yang baik untuk menjaga kesehatan mental. Namun di lain sisi, hal-hal semacam ini justru akan membuat seseorang dengan mudahnya melakukan self-diagnose terhadap kondisi mentalnya. Padahal kenyataannya melakukan self-diagnose adalah suatu hal yang salah kaprah dan tidak baik lhooo! Hahhh kok bisa??? Berikut penjelasannya
sumber gambar: (www.thefielder.org)
Isu terkait mental illness akhir-akhir ini banyak diperbincangkan terlebih usai hebohnya Film Joker beberapa waktu lalu. Kehebohan dari Film Joker ini membuat masyarakat khususnya anak-anak muda mulai aware terhadap kesehatan mentalnya. Kini mereka mulai menunjukkan perhatiannya terhadap kondisi mental dan kejiawaan diri mereka. Namun sayangnya, kemunculan Film Joker ini juga menimbulkan salah satu tren negatif dimana beberapa orang mengklaim atau merasa jika dirinya memiliki gangguan mental tanpa melakukan pemerikasaan dan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter spesialis maupun ahli kejiwaan.
Tindakan seperti ini dinamakan dengan self-diagnose. Self-diagnose merupakan upaya mendiagnosa diri sendiri terhadap suatu penyakit berdasarkan pada informasi yang didapatkan secara mandiri dari sumber yang belum tentu valid. Aku pernah memiliki pengalaman dimana aku mengklaim dan mendiagnosa jika aku mengalami salah satu dari sekian banyak jenis penyakit gangguan mental. Diagnosa tersebut muncul dalam pikiranku karena beberapa waktu terakhir aku sering mengalami gejala-gejala yang mengarah kepada mental illness. Pada waktu-waktu tertentu aku selalu merasa sedih dan kesepian bahkan juga sering menyalahkan diriku sendiri terhadap kesalahan yang belum tentu aku lakukan. Selain itu aku juga sering mengalami cemas berlebihan bahkan akupun juga sering memikirkan hal-hal negatif yang belum tentu akan terjadi ketika di malam hari yang membuatku menjadi kesulitan tidur. Karena merasa cukup khawatir dengan kondisiku sendiri akhirnya aku mulai banyak mencari tahu tentang mental illness dan gejala-gejalanya serta bagaimana pengobatannya. Aku mulai banyak membaca dan mempelajari artikel-artikel kesehatan yang memuat tentang mental illness. Sampai akhirnya aku mulai menyadari dan paham jika melakukan self-diagnose tanpa melakukan konsultasi dengan ahli kejiwaan adalah suatu hal yang tidak benar untuk dilakukan. Self-diagnose justru akan membuatmu mengalami gangguan-gangguan mental yang lain karena kamu terlalu terbebani dengan pikiran-pikiran negatif tersebut.
Melakukan diagnosa kepada seseorang bahwa ia mengalami suatu penyakit atau kelainan tidaklah mudah untuk dilakukan. Diagnosa hanya bisa dilakukan oleh seorang yang memang ahli dan profesioanl dalam bidangnya. Diagnosa terhadap mental illness sangat sulit untuk dilakukan, bahkan jika kamu melakukan konsultasi kepada dua atau lebih dokter yang berbeda hasilnya pun belum tentu sama. Perlu adanya pendekatan dan penanganan khusus yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosa pasiennya mengalami mental illness. Tentunya diagnosa tersebut dilakukan berdasarkan apa saja gejala yang dialami oleh pasien, keluhan lain, riwayat kesehatan dan masih banyak faktor yang lainnya.
Ternyata melakukan self-diagnose dapat menimbulkan bahaya lhooo, khususnya terhadap gangguan mental yang belum tentu kamu alami
1. Self-diagnose berakibat pada risiko misdiagnosis
Self-diagnose yang kamu lakukan ternyata membawa efek buruk pada diri sendiri lho. Kesalahan dalam melakukan diagnosa justru akan berakibat fatal terhadap diri sendiri. Misalnya saja jika kamu mendiagnosa jika dirimu mengalami gangguan anxiety disorder karena kamu merasakan gejala-gejalanya seperti cemas berlebihan sepanjang hari. Apa yang menjadi diagnosamu ini belum tentu benar, bisa jadi apa yang kamu alami ini bukanlah salah satu gangguan mental illness melainkan adanya penyakit fisik dalam dirimu yang perlu untuk diobati. Karena sudah terlanjur melakukan self-diagnose seperti itu, akibatnya kamu akan berisiko untuk melewatkan pengobatan lain terhadp penyakit fisik yang kamu derita dan lebih fokus terhadap pengobatan mental illness yang belum tentu terjadi pada dirimu.
2. Meningkatkan risiko salah penanganan
Penderita mental illness memerlukan penanganan khusus untuk bisa sembuh. Penanganan dilakukan sesuai dengan jenis dan kategori penyakit yang diderita. Ketika kamu melakukan self-diagnose, yang menjadi diagnosamu belum tentu itu benar-benar yang kamu alami. Kesalahan dalam melakukan diagnosa inilah yang akan berujung pada kesalahan penanganan. Tentunya kesalahan penanganan ini juga berdampak buruk. Penanganan yang tidak sesuai tidak akan memberikan efek apa-apa terhadap penyakit mental yang kamu derita justru malah bisa semakin memperburuk kondisi mentalmu.
Tips yang bisa kamu lakukan agar terhidar dari self-diagnose
1. Lakukan evaluasi dan cermati kembali segala sumber informasi yang kamu dapat dari internet
2. Cobalah berkomunikasi dengan orang-orang yang paham tentang mental illness
3. Pergilah ke dokter, psikiater atau psikolog jika kamu sudah merasa terganggu dengan gejala-gejala yang mengarah pada mental illness
4. Lakukan self management dengan baik
Nah good people, seperti itulah kira-kira gambaran dari self-diagnose yang ternyata merupakan hal yang tidak benar untuk dilakukan lhooo. Jika kita melakukan hal tersebut, justru bisa membuat kita mengabaikan kondisi fisik yang lainnya. Semoga setelah membaca tulisan ini kamu tidak lagi salah kaprah ya tentang self-diagnose. See you, tetap jaga kesehatan mentalmu yaaa😉😊
wah makasi kak sasa atas pembahasannya mengenai mental illness ini, soalnya kebetulan saya tertarik nih mengenai pembahasan ini. Kadang nih saya juga sering gt kak self diangnose sama diri sendiri terus jatuhnya nanti overthinking:((( makasiii kak dari sini aku tau gimana tipsnya biar ngga self diagnose. ditunggu update selanjutnya kak! semangatttt!
BalasHapusWahhh kembali kasih kakak lintang😊😊
HapusNah bener kak, memang mental illness ini sangat menarik untuk dibahas. Khususnya untuk kita nih para generasi muda yg ternyata adalah orang2 yg sangat rentan terhadap mental illness lhoo kak. Semoga melalui tulisan ini kita semua menjadi lebih aware ya tentang kondisi kesehatan mental kita😊
Pembahasan nya menarik banget nih mbak, apalagi byk sekarang anak muda yang sering mengalami self diagnose, yaa termasuk saya sendiri wqwq. Terkadang pas lagi byk masalah mulai dari tugas menumpuk gak kelar", ditambah masalah sama doi, lanjut sibuknya di organisasi kaya tertekan bgt gitu kaya kok hidup berat bgt gituu :( padal sejatinya masalah orang tu sama cuma beda cara nyelesaiinnyaa, dan ga harus dengan self diagnose yang akan memperburuk keadaan kayak lebih takut begini, lebih overthinking gitu. Kalo dari aku mungkin untuk tips nya bisa ditambah dengan banyakin ngobrol sama teman dan keluarga atau yang dekat dengan kita, karena dengan ngobrol bisa Mencurahkan pikiran dan perasaan diri dengan orang terdekat terbukti ampuh untuk mengatasi tingkat stress pada individu. hihi semoga membantu yaa mbakk, semangatt ditunggu postingan bermanfaat selanjutnya mbak sasa❤
BalasHapusHallo kak terimakasih juga atas tambahan pengetahuannya 😊😊
HapusTunggu postingan selanjutnya ya kak, akan ada berbagai info penting tentang mental illness 😊😊
Terima kasih kak untuk pembahasannya kak. Saya juga merasa banyak sekali masyarakat yang menjadi self diagnose setelah film Joker keluar. dan mengaku-ngaku depresi, belum lagi remaja yang malah menganggap punya mental illnes itu adalah sesuatu yang keren dan akhirnya memamerkannya di media sosial. Padahal seharusnya mereka tidak menganggap remeh perkara mental illnes itu, dan lebih baik diperiksakan ke piskiater daripada nantinya berakibat fatal entah ke dirinya sendiri maupun ke orang lain. Terima kasih kak Sasa!
BalasHapusNah benar banget kak. Memang masih banyak sekali masyarakat kita yang mengganggap jika mental illness itu bukanlah hal yang penting dan masih tabu. Padahal kenyataannya permasalahan ini tidak bisa begitu saja dianggap remeh
Hapusmantab kak, pembahasannya sangat bermanfaat karena kadang banyak banget yang melebih-lebihkan kondisinya dan menganggap dirinya depresi, stres ataupun mendiagnosis penyakit mentalnya lainnya sendiri, ditunggu kak informasi selanjutnya biar lebih tau mengenai kesadaran terhadap diri sendiri
BalasHapusHallo kak terimakasih sudah berkomentar 😊😊
HapusSiap kak tunggu terus ya update an postingan selanjutnya 😊😊
Penting nih Kk, informasinya. Sekarang ini, gara-gara budaya self diagnose, mental illness bukan cuma jadi penyakit, tapi jadi gaya hidup! Ckckck. Padahal yang beneran punya mental illness aja pingin sembuh :( Keren Kak, ditunggu postingan-postingan selanjutnya, yaa! Sangat bermanfaat
BalasHapusYupsss betul banget kak. Sekarang orang2 cenderung menganggap remeh tentang mental ilness tanpa tau ada dampak besar dari itu semua. Siap kak, tunggu terus ya postingan selanjutnya 😊😊
HapusHai kak, saya ada keinginan untuk mengunjungi dokter. Pertama saya harus kemana ya kak? psikiater atau psikolog? Terima kasih
BalasHapusHallo kak, sebenarnya ketika kakak mulai mengalami gangguan-gangguan yang mungkin mulai mengganggu mentalmu orang pertama yang harus kamu temui adalah dokter, kamu bisa menceritakan pada dokter apa yg kamu rasakan dan apa yg mengganggu mentalmu. Selanjutnya dokter akan memberikan arahan untuk kamu mengunjungi psikolog maupun psikiater guna mendapatkan penanganan yg tepat sesuai dengan kebutuhan mu. Kurang lebih seperti itu kak sepemahaman saya🙏😊😊
Hapuswahhh menarik sekali kak pembahasannya.. iya nih banyak yang mendiagnosa dirinya sendiri ..gimana kak kalau kita mau pergi ke psikiater tapi stigma masyarakat maupun teman kan pasti gimana gitu yaa.. pada tahap yang seeprti apa kak kita pergi ke ahli atau psikiater ? mohon info kak hehe
BalasHapusHallo kak terimakasih sudah berkomentar 😊😊
HapusJadi kita harus sesegera mungkin pergi ke psikolog maupun psikiater ketika kita mulai merasakan gejala-gejala yang menjurus ke arah gangguan mental dan gejala-gejala nya ini dirasa mulai mengganggu aktivitas normal mu kak. Jadi pada tahap inilah kamu bisa menemui ahli untuk mengetahui lebih dalam apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dirimu😊🙏
Bagus banget materi yg diambil
BalasHapusWahhh sangat bermanfaat sekali informasinya. Apalagi saat ini banyak manusia yang mulai mendiagnosa dirinya sendiri karena hanya ada beberapa penyebabnya. Padahal tidak semua yang saat itu ia alami sama dengan apa yang ia pikirkan. Oh ya mungkin bisa kasih tips nih agar kita tidak mendiagnosa diri ssendiri itu gimana? Karena kalau kita sering mendiagnosa diri sendiri dapat membuat stres.
BalasHapusAahh suka banget sama topik yang dibahas sama kakak. Kebetulan kyk lagi relate banget sama diri sendiri. Terus juga saya sndiri juga pernah ngerasa kyk yang di atas kak "ini apa jangan-jangan aku bipolar ya", sok sok an self diagnose gara-gara gampang banget nangis, ketawa, overthinkning, mood swing banget, gitu aja terus pokoknya:')) Kalo tips dari aku buat yang suka self diagnose sendiri, gara-gara overthinking, yang paling manjur di aku itu ngelakuin hal ya disuka kak. Terus nontonin hal-hal yang disuka, kyk aku ini suka banget sama idol kpop. Jadi tiap hari nontonin mereka. Pasti overthinking itu bakalan ilanggg. Makasi ya kak!! Ditunggu postingan selanjutnyaaaa. Semangat teruss!<3
BalasHapusbermanfaat sekali infonya bagi saya yang kadang suka self diagnose sendiri. untuk self management yang baik itu seperti apa ya kakk?
BalasHapusRelate si ini untuk kita-kita yang umur 20 an udah seering banget overthink ya, emang udah waktunya mikir masa depan dan udah mulai banyak yang dipikirkan. Kalo udah overthink trus ditambah self diagnose wah bakal setres yang iya. Pelarian terbaik kalo aku emang do anything i like ya kak. Makasi pengetahuannya biar kita juga aware sama keadaan diri :))
BalasHapuswah bener banget nih informasinya kak terkait self diagnose. menambah informasi baru nih. terimakasih atas informasinya, semangat terus untuk update postingan terbaru..
BalasHapusBener banget nih biasanya selalu selfie diagnose sendiri sampai stress sendiri. Makasih min atas infonya.
BalasHapusbener banget nih kak terkait self diagnose. makasih loh kak sudah menambah informasi baru buat saya
BalasHapusBagus banget artikel bisa tau dan menambah informasi. Terimakasih min:)
BalasHapusMenarik sekali informasi yang disajikan
BalasHapus