Apasih sebenarnya skizophrenia itu?
Pernahkah kalian mendengar istilah skizophrenia? Atau mungkin baru kali ini kalian mendengar tentang istilah ini? Jadi skizhophrenia ini adalah penyakit mental yang paling mematikan lhoo. Penyakit ini dianggap mematikan karena dapat mengganggu pikiran dan perilaku penderitanya serta terjadi dalam jangka panjang. Penderitanya akan sering mengalami halusinasi, delusi dan pikiran yang kacau. Dalam jangka waktu yang panjang apabila penderitanya tidak segera mendapat penanganan khusus maka mereka akan kesulitan bahkan tidak bisa membedakan antara realita dengan halusinasi yang ada dalam pikirannya. Daya ingat merekapun juga berkurang dan sulit mengendalikan pikirannya.Penyakit mental yang satu ini sering terjadi pasa usia remaja hingga dewasa lhoo, kira-kira pada rentang usia 16 hingga 30 tahun. Di Indonesia sendiri sudah banyak masyarakat yang terserang penyakit ini, sebanyak 14% penderitanya bahkan sering mengalami pemasungan karena banyak orang menganggap mereka berbahaya dan sering disamakan dengan orang gila. Pada dasarnya, pemasungan tidak perlu dilakukan karena mereka masih bisa sembuh apabila mendapat pengobatan yang tepat.
SKIZOPHRENIA BUKAN GILA!!!!
Dalam masyarakat orang dengan gangguan skizophrenia ini sering disebut dengan orang gila. Hal inilah yang menyebabkan penderita skizophrenia sering diasingkan dalam masyarakat. Padahal sebenarnya orang dengan skizophrenia belum tentu jika dia gila. Mereka memang sering berhalusinasi dan mengalami pikiran yang kacau, tapi hal tersebut tidak bisa begitu saja dikatakan jika mereka gila. Sama halnya dengan penyakit mental yang lainnya, orang dengan skizophrenia ini memiliki masalah dalam bergaul, pekerjaan dan aktivitas yang lainnya. Namun, apabila mendapatkan penanganan yang tepat penderitanya dapat memiliki kehidupan yang normal dan produktif.
PENYEBAB SKIZOPHRENIA
1. Genetik, seseorang dari keluarga penderita skizophrenia 10% lebih berisiko mengalami penyakit yang sama. Risiko akan meningkat menjadi 40% lebih besar apabila kedua orang tuanya menderita penyakit yang sama. Dan pada orang yang memiliki saudara kembar dengan skizophrenia risiko akan meningkat menjadi 50%
2. Kelainan Otak, penderita skizophrenia mengalami ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin dalam otaknya. Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neutransmitter yang berfungsi untuk mengirim sinyal dalam otak. Penderitanya juga mengalami beberapa kelainan dalam otaknya seperti :
- koneksi antar sel-sel dalam otak yang lebih sedikit
- ukuran lobus tempralis yang lebih kecil, lobus temporalis adalah bagian otakyang terkait dengan ingatan
- ukuran ventrikel otak yang lebih besar, ventrikel adalah bagian di dalam otak yang berisi cairan
3. Kelainan Kehamilan dan Persalinan, sejumlah kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga menjadi faktor risiko yang menyebabkan skizophrenia terjadi pada anak yang baru dilahirkan. Kondisi tersebut diantaranya kekurangan nutrisi, paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes serta pendarahan pada masa kehamilan. Komplikasi pada saat persalinan juga berisiko tinggi skizophrenia dapat terjadi pada anak. Misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan, berat badan saat lahir yang terlalu rendah dan lahir prematur. Masih ada beberapa faktor lain seperti :
- peningkatan sistem kekebalan tubuh akibat penyakit autoimun dan peradangan
- cedera otak akibat jatuh dan kecelakan
- infeksi virus seperti influenza dan polio
Menurut Dr. Guntara Hari Sp.KJ dari Bethsaida Hospital, gejala dari skizophrenia terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama gejala persepsi atau proses berpikir dan gejala emosi.
1. Gejala Persepsi
- halusinasi, memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap halusinasinya sendiri tanpa ada bukti yang bisa menguatkan realita halusinasinya.
- delusi, merasa mendengar suara atau melihat sesuatu yang ada disekitarnya padahal orang lain tidak bisa mendengar maupun melihar hal tersebut
- gangguan proses pemikiran, berbicara dengan dirinya sendiri, menangis atau tertawa secara tak terduga, berkurangnya logika dan akal sehat.
2. Gejala Emosi
- mudah terpancing emosinya
- sering tertawa sendiri terhadap hal yang tak lumrah
- menghiraukan kebersihan dirinya (jarang mandi, gosok gigi, dsb)
- merasa tidak ada kebahagian yang bisa dirasakan
PROSES PENYEMBUHAN
1. Mengonsumsi obat, obat yang diberikan kepada pasien dikeluarkan oleh dokter yang mengerti dan paham dengan kondisi tubuh pasiennya. Ketika kondisi pasien mulai membaik dosis obat bisa dikurangi, tetapi obat ini harus dikonsumsi semur hidupnya untuk mencegah penyakit ini kambuh lagi
2. Terapi CBT, terapi ini dapat dilakukan oleh dokter dengan tujuan untuk melatih cara berpikir dan berperilaku pasiennya.
3. Support dari orang terdekat, faktor ini adalah faktor yang sangat dominan dalam proses penyembuhan pasien. Support orang tercinta menjadi fondasi tang kuat bagi pasien untuk penyembuhannya
Nah jadi seperti itulah gambaran umum tentang skizophrenia. Fyi nih good people, penyembuhan bagi mereka yang mengalami ganggguan mental memerlukan waktu yang panjang dan kesabaran yang cukup extra lhoo. Dalam masa-masa pemulihan mereka juga sangat membutuhkan support dan kasih sayang orang-orang sekitarnya. Jadi apabila kamu menemui atau bahkan orang terdekatmu sedang mengalami gangguan seperti ini jangan kamu jauihi. Dekatilah dan terus berikan supportmu😉😊

Bagus banget Kak post-nya! Sedikit berbagi pengalaman ya, kebetulan saya sebagai pengidap penyakit mental depresi pernah merasa sedang mengalami skizofrenia juga (saat depresinya memuncak dulu), tetapi saya nggak pernah yakin tentang itu, apalagi nggak boleh self-diagnose hehe. Setelah baca post ini dan mengetahui apa saja gejala skizofrenia, saya malah makin yakin kalau saya beneran pernah mengalami, tapi lagi-lagi tetep gak boleh self-diagnose, seyakin apapun saya. Dan alhamdulillah sudah tidak pernah merasa begitu lagi, jadi tidak perlu dipermasalahkan.
BalasHapusDinyatakan sebagai pengidap depresi itu juga bukan hasil self-diagnose, saya datang ke psikiater dan perlu menjalani treatment sampai bisa di tahap sekarang. Berkat itu pun saya termotivasi untuk mendalami isu mental. Melihat keadaan masyarakat di sekitar saat ini, masih ada stigma buruk tentang pengidap penyakit mental, dan saya ingin berperan meruntuhkan stigma itu, Kak. Jadi saya beranikan diri buat open up dan sedikit-sedikit cerita ke orang-orang di sekitar saya. Saya pikir tidak ada gunanya terus-terusan menyalahkan stigma kalau saya sendiri masih sangat terpengaruh dan memendam penyakit mental yang saya miliki. Tetapi meskipun saya sudah berani, beberapa orang terdekat saya masih sangat khawatir kalau saya terpengaruh sama stigma tersebut. Kira-kira baiknya gimana ya Kak? Saya sudah berani bercerita ke orang lain tapi saya belum berani memberitahukan orang tua saya kalau saya bercerita ke orang-orang itu, karena saya takut apa yang saya lakukan ini tidak didukung sama mereka.
Terima kasih sebelumnya Kak Sasa, maaf komentarnya panjang dan malah jadi curcol :(
Hehehe... semoga semua bisa menemukan manfaat di post-post blog ini.